Kamis, 15 Desember 2011

Cinta Kasih Sang Bunda



Mendengar kata ibu pasti engkau menyadari betapa besarnya jasa-jasa yang dia berikan kepada kita semenjak dari dalam kandungan sampai kita menjadi dewasa seperti sekarang. Ingatkah engkau mendengar lirik lagu seperti ini…

“Kasih ibu kepada beta,
Tak terhingga sepanjang masa,
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia…

Ketika kita masih dalam kandungan, ibu sudah menanamkan benih-benih kasih sayang kepada bayi yang berada di dalam kandungannya. Ibu dengan kasih sayangnya yang tulus menjaga, merawat agar bayinya kelak bisa lahir dengan sehat. Ketika kita akan lahir ke dunia, seorang ibu berjuang hidup mati agar kita bisa lahir di dunia. Waktu kita masih kecil, ibu dengan teratur merawat dengan teratur memberi kita makan. Bahkan ibu tak tidur dan rela tak berselimut untuk selimut anaknya supaya tidur dengan nyenyak. Ingatkah lagu nina bobo yang pernah kita dengar ketika ibu menyanyikan untuk kita waktu kita tidur?
Dan sekarang ketika kita sudah dewasa apakah kita melupakan jasa-jasa ibu kita atau seringkali menyakiti ibu kita dan bahkan sudah melupakan ibu kandung kita??
Saya ada sedikit cerita yang dikutip dari sebuah blog, tentang bagaimana pengorbanan seorang ibu kepada anaknya, mudah-mudahan bisa membuka kembali hati kita dan mengingatkan begitu besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, inilah ceritanya….
"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga.
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain ?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.

Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini." Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.

Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan ?"

Ketika aku menulis artikel ini, aku tak kuasa menahan air mata yang sedikit demi sedikit keluar dari kelopak mata. Terbayang kasih sayangnya yang begitu tulus ketika aku masih kecil sampai aku dewasa seperti sekarang. Terbayang betapa besarnya kesalahan yang aku perbuat yang bahkan membuat hati ibu sakit. Tetapi, ibu tetap menunjukkan belaian kasih sayangnya tanpa memandang seberapa besar kesalahan yang telah kita perbuat. Sesekali aku  menangis ketika aku mendengar dan melihat selesai sholat ibu berdoa sambil meneteskan air matanya. Dan itu yang selalu menjadikan motivasi sehingga aku bisa berjuang sampai sekarang. Dan aku menyadari kasih sayang ibu kepada anaknya tak akan pernah habis sampai kapanpun waktunya.
Kawan, sebentar lagi tanggal 22 Desember kita akan memperingati “Hari Ibu”. Di hari ibu yang semakin dekat ini mari kita tunjukkan kasih sayang kita kepada ibu kita. Meminta maaflah kepada ibu kita atas segala kesalahan yang pernah kita lakukan. Jika ibu kita sudah lebih dulu meninggalkan kita, kirimkan doa kepada ibu kita setelah kita selesai sholat secara teratur. Yakinlah, ibu pasti mendoakan kita.
Jika kita tak bisa berjumpa dengan ibu karena tempat kita jauh, kita bisa memberikan kasih sayang kita dengan sms atau menelfon ibu kita. Jangan sampai kita putus berkomunikasi dengan ibu kita. Ingatlah karena “Doa seorang ibu” salah satu doa yang bisa menggetarkan arsy dan dikabulkan oleh Allah swt. Semoga kita adalah anak yang akan selalu berbakti kepada kedua orang tua kita terutama ibu kita.

“Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar